BERIKAN BATASAN Secara umum, Rina menyatakan, perilaku cium bibir harus disikapi de ngan bijaksana. Anak perlu mengetahui, perilaku tersebut merupakan eks presi kasih sayang orangtua kepada anak, dan sebaliknya. Perilaku cium bibir hanya boleh dilakukan oleh Mama Papa (orangtua) dan tidak boleh dilakukan oleh orang lain tanpa seizin orangtua. Minta anak untuk memberitahu orangtua jika mendapat cium di bibir dari orang lain tanpa sepengetahuan orangtua Selain itu, juga perlu diperhatikan masalah kesehatan, karena mencium di bibir dapat menjadi salah satu media perpindahan bakteri, kuman, atau virus yang menyebabkan penyakit. Ketika salah satu pihak—baik orangtua maupun anak—sedang sa kit, jangan melakukan cium bibir agar tak tertular penyakit. Beri tahu anak, perilaku cium bibir mungkin saja tak bisa dilakukan kalau orangtua dalam kondisi tidak sehat, sehingga anak tak perlu kecewa. “Oleh karena itu orangtua harus menjamin kondisi fisik yang sehat ketika melakukan cium bibir kepada anak,” tegas Rina. Intinya, ketika merasa cium di bibir tidak masalah, maka orangtua harus menentukan siapa saja yang boleh melakukan hal tersebut— batasilah pada kelurga inti—serta perha tikan kondisi kesehatan anak dan orangtua sendiri agar terhindar dari transfer penyakit.
PEMENUHAN KEBUTUHAN AFEKSI Sebetulnya, mencium bibir hanya
salah satu dari cerminan kebutuhan afeksi anak. Yang lebih penting adalah
bagaimana Mama Papa peka pada kebutuhan afeksi ini. Pemenuhan kebutuhan afeksi
pada anak dapat dilakukan dengan memfasilitasi emosi-emosi yang dimiliki oleh
secara tepat, sehingga anak memahami, orangtua melakukan peran sebagai
pelindung dan pengasihan. Perkembangan emosi anak ditentukan dari interaksi
anak dengan lingkungan terdekatnya, dalam hal ini keluarga. Dengan demikian,
ekspresi emosi pun ditentukan dari bagaimana orangtua mengekspresikan emosinya
maupun dirinya di depan anak.
Kebutuhan afeksi setiap anak berbeda. Oleh sebab itu, sikapi dengan bijak keinginannya untuk bermanja, termasuk bila ingin mencium bibir. Namun, berikan dengan jelas batasannya. Anna terheran-heran melihat keponakannya yang baru datang dari sekolah memeluk dan mencium ibunya… di bibir! “Eh, kok begitu sih?” tanyanya dalam hati. Anna merasa jengah dengan perilaku tersebut. Menurut Anna, cium bibir hanya dilakukan oleh orang dewasa, khususnya mereka yang menjalin hubungan kasih. Tetapi untuk anak kecil? Rasanya, kok, tak pantas, ya! Orangtua yang memiliki nilai bahwa cium bibir hanya untuk individu usia dewasa dan karenanya terkait dengan perilaku seksual biasanya memang tak pernah menunjukkan perilaku cium bibir dengan pasangan di depan anak. Dengan alasan sama, mereka pun tak mengajarkan, membiasakan, atau melakukan perilaku cium bibir dengan anak sejak dini.
WAJAR ATAU TIDAK? Sebenarnya, perilaku cium adalah suatu
ekspresi kasih sayang yang dilakukan terhadap orang lain. Kita pun tahu,
ekspresi kasih sayang memang tak terbatas pada ekspresi verbal saja, namun juga
ekspresi non-verbal, seperti mencium. Menilai apakah perilaku cium bibir antara
anak dengan orangtua merupakan perilaku yang wajar atau tidak, tentu tak
terlepas dari nilai-nilai yang dianut oleh setiap orang. “Wajar atau tidak
suatu hal, itu bergantung pada cara pandang seseorang atau nilai yang dimiliki
seseorang tersebut,” ujar Rina Rahmatika, dosen dan psikolog dari Universitas
YARSI, Jakarta. Begitu pula jika anak yang meminta orangtua atau mencium
orangtuanya di area sekitar bibir. Hal tersebut tergolong wajar apabila memang
orangtua memiliki nilai dimana ekspresi sayang dapat dilakukan dengan perilaku
cium bibir. Misalnya, Mama Papa tidak segan menunjukkan perilaku cium bibir di
depan anak, atau justru memang melakukan perilaku cium bibir dengan anak sejak
dini. Ketika anak meminta, hal itu menjadi wajar karena memang dilakukan dalam
keseharian.
BELAJAR DARI LINGKUNGAN Hingga usia balita, anak masih
belajar banyak hal dari lingkungan terdekatnya, yaitu keluarga. Bagi keluarga
yang melakukan perilaku cium bibir pada anak, hal ini jelas dipengaruhi oleh
kebiasaan yang dilakukan antar anggota keluarga. Sebaliknya, untuk keluarga
yang tidak biasa melakukan perilaku cium bibir kepada anak balita atau
batitanya, maka awalnya pasti akan merasa kebingungan dari mana anak belajar
meminta hal tersebut. Pertama, coba cek apakah orangtua melakukan perilaku
mencium bibir dengan pasangan di depan anak? Apa kah orangtua yakin anak tidak
melihat ketika orangtua melakukan hal tersebut? Kedua, coba cek bagaimana isi
tontonan yang dinikmati anak? Hal ini merupakan contoh yang juga dapat ditiru
oleh anak. Satu hal yang penting dipahami orangtua, anak belum merasakan
kenikmatan cium di bibir dalam kaitannya dengan kenikmatan seksual, karena
balita memang belum memiliki dorongan biologis ke arah hasrat seksual. “Namun,
apabila kenikmatan tersebut terkait dengan ekspresi afeksi, ya anak bisa saja
dapat merasakan hal tersebut sehingga menganggap perilaku cium di bibir sebagai
simbol kasih sayang,” terangnya.
Menutup tahun 2013, Aso siasi Pecinta Koi Indonesia (APKI) mengadakan 10th All Indonesia Koi Show 2013 pada 6 8 Desember 2013, di mall Alam Sutera, Tangerang, Banten. Total peserta 894 ekor ikan dari Jabodetabek, Bandung, Malang, Surabaya, Medan, Makassar, dan Denpasar. Bagi Sugiarto, ketua APKI, kontes kali ini jadi sarana pembuktian kemampuan keeping koi. “Penampilan koi bisa optimal bila dibarengi kemampuan keeeping koi pemiliknya,” kata Sugi, begitu ia biasa disapa. Juri menjatuhkan pilihan kepada kohaku berpostur 86 cm milik Suharto Sunjoto (Jakarta) sebagai koi terbaik dan menyandang gelar grand champion. Peraih Melati grand kOi shOw PamuNgkas 2013 kohaku juara Penghujung Tahun nIlAI TerTInGGI champion adalah tancho 85 cm milik Kuncoro Tanudirjo (Surabaya). Koi show ini sekaligus menjadi acara kontes pamungkas program APKI di 2013.
Mengolah desain interior hunian vertikal dapat dilakukan dengan pendekatan Fengshui. Hasilnya, nyaman dan tetap tampil modern. “Walaupun ukuran apartemen terbilang kecil, pemilik mempercayakan apartemennya kepada ahli Fengshui,” ujar Ivon Xue membuka cerita tentang desainnya. Proses desain apartemen milik Herfendi ini dimulai ketika Ivon diperkenalkan oleh Mas Dian, seorang pakar Fengshui. Pemilik meminta untuk dibantu dalam merenovasi interior apartemenya. “Pemilik merupakan teman dari Mas Dian. Kami dikenalkan oleh beliau karena kami banyak bekerjasama dengan Mas Dian untuk memenuhi konsep dan perancangan arsitektur dan interior yang disarankan,” imbuh Ivon.
Cermin dalam Fengshui
Ivon dan Mas Dian lantas berkolaborasi dalam mewujudkan hunian apartemen sesuai keinginan pemilik. Selain aspek Fengshui, kenyaman dan keindahan juga menjadi fokus utama. Dengan luas ruangan yang terbatas, penggunaan cermin sebagai pelapis kemudian menjadi pilihan. Cermin berguna untuk membuat ruangan terasa lebih luas. Dalam Fengshui sendiri, saat menghadapi ruang kurang luas seperti di apartemen, ruko, dan showroom, sering terdapat saran untuk menempatkan cermin. Penambahan cermin berukuran besar bertujuan untuk menggandakan ruang, sehingga efeknya menjadi lebih luas. “Posisi penempatan cermin sebaiknya jangan sembarangan karena cermin bersifat memantulkan. Dengan begitu, pemakaian cermin sebaiknya jangan diarahkan ke pintu utama supaya rejeki yang akan masuk tidak terpantulkan kembali,” ujar Ivon.
Pemilihan Material
Tak tanggung-tanggung, untuk menghasilkan kesan luas yang optimal, Ivon Xue memasang cermin dengan ukuran yang cukup besar di ruang keluarga. Sebuah sisi dinding ruang keluarga hampir tertutup dengan cermin, dari lantai hingga plafon. Hasilnya, ruang keluarga yang memanjang ini terlihat lebih lapang. Tak hanya membuat kesan luas, penempatan cermin juga untuk mengatasi kondisi dinding eksisting yang pengerjaannya kurang rapi. “Bentangan cermin pada ruang keluarga, selain untuk memberikan kesan luas, juga menyiasati kekurangan dari dinding existing yang ada. Dinding existing yang presisinya kurang sempurna, kita cover dengan panel cermin yang sebelumnya kita backing dengan plywood 12 mm terlebih dahulu,” tutur Ivon menjelaskan. Untuk menutup permukaan dinding yang cukup lebar, Ivon tidak dapat menggunakan cermin dengan ukuran yang besar.
Ia sengaja membuat cermin dalam modul-modul lebih kecil. Alasannya, kapasitas lift tak mencukupi untuk mengangkut cermin dengan bentangan yang cukup besar. “Cermin di dinding ini sengaja kita buat per modul, selain demi alasan estetika, biar tidak terkesan polos. Mengingat bentangan ukuran cermin yang ada, apakah bisa cukup masuk di lift barang apartemen, melihat kapasitas lift yang ada sangat terbatas?” imbuh desainer interior muda ini. Dengan penempatan yang tepat, ruangan pun terasa lebih terang. Cermin juga membantu mendistribusikan cahaya alami (matahari) maupun buatan (lampu). Penerapan Fengshui dalam hunian terbatas ternyata bisa optimal. Tampilan ruang tampil modern tanpa banyak pernak-pernik. Fungsi, kenyaman, dan keindahan tetap tersaji.
Kiat Pemasangan Cermin
Jenis cermin yang dipakai di apartemen adalah clear glass mirror. Ini merupakan jenis cermin yang biasanya kita gunakan untuk berdandan. Sedangkan untuk sambungan, digunakan lem khusus cermin. “Caranya, bubuhkan lem khusus cermin tersebut ke beberapa titik di permukaan plywood. Sebaiknya jangan diratakan agar suatu hari saat membongkar, cermin dapat mudah dilepas. Selain itu, berikan pula double tape busa untuk men-support dan mengantisipasi lem yang belum kering,” jelas Ivon
Dapur Terpisah Namun Menyatu
Ada yang unik pada dapur milik Herfendi. Dapurnya tertutup namun terbuka. Berada di ruang tersendiri, namun masih dapat berinteraksi dengan ruang lain. Dapur apartemen, yang umumnya terbuka dengan ruang lain, tak dijumpai di unit apartemen Central Park ini. Menurut Ivon, bentuk dapur yang berada dalam ruangan sudah bagian dari eksisting. Tapi karena pemilik menginginkan dapur yang terkesan luas, sebagian dinding dibongkar. Meja makan pun ditempatkan menyatu dengan lubang dinding. “Supaya tidak terkesan gelap, sempit, dan kurang comfortable karena terhalang dinding, maka pemilik minta dapur direnovasi, supaya cahaya bisa masuk dan jarak pandang mata luas. Komunikasi dan distribusi proses memasak dan makan antara penghuni pun tidak terhalang oleh dinding,” tutur Ivon. Selain dinding, warna kabinet dapur lama yang kurang menarik juga diganti. Pemilik meminta cover dengan warna kayu di seluruh kabinet dapurnya. Kabinet lama juga sedikit diubah untuk tempat kulkas dan penambahan bronze mirror di dinding tengah dapur.
Praktisnya Storage Terbuka Pemilik berasal dari luar Jakarta. Ia memfungsikan apartemen seluas 77,5 m² ini sebagai rumah singgah saat ada keperluan pekerjaan. Karena sebagai rumah kedua dan tak banyak barang yang harus disimpan, penyimpanan dibuat terbuka, hanya berupa ambalan tanpa pintu. Pemilik pun lebih mudah dalam menjangkau barangbarang yang dibutuhkannya. Kondisi eksisting ruang yang banyak cerukan membuat pemasangan ambalan lebih optimal. Ruang cerukan jadi tak terbuang sia-sia. Untuk mempermudah perawatan, Ivon pun memilih HPL (High Pressure Laminate) sebagai bahan pelapis. Bahan ini pemasangannya praktis, perawatannya mudah, serta memiliki banyak macam warna dan tekstur. Pemakaian material ini cocok untuk apartemen yang memang tidak terlalu sering ditinggali oleh pemiliknya.
Siapkan Genset
Apartemen yang berada di Bali ini tentu sudah dibekali dengan genset bali yang berkualitas dan bergaransi resmi. Ivon menyarankan agar apartemennya dibekali dengan genset sebagai sumber listrik alternatif bila terjadi pemadaman listrik oleh PLN. Pastikan anda membeli genset di distributor jual genset bali yang terbaik, terpercaya dan original